Ticker

4/recent/ticker-posts

Apa yang Trump Keliru—dan Benar—tentang Tarif dan Lapangan Kerja

Daftar Isi [Tampilkan]


Presiden AS Donald Trump tetap kukuh dengan kebijakan tarifnya, meski langkah tersebut telah mengguncang ekonomi global. Pasar finansial bereaksi negatif, dan ketidakpastian meningkat seiring eskalasi ketegangan dagang.

Trump menyatakan dengan tegas lewat platform Truth Social, "KEBIJAKAN SAYA TIDAK AKAN BERUBAH. INILAH WAKTU YANG TEPAT UNTUK MENJADI KAYA, LEBIH KAYA DARI SEBELUMNYA!!!"

Pernyataan ini menggambarkan keyakinannya bahwa tarif akan meningkatkan pendapatan pemerintah dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja bagi pekerja Amerika. Namun, kebijakan ini memiliki sisi lain yang tidak kalah signifikan.

Menurut Ernie Tedeschi, Direktur Ekonomi di Budget Lab Universitas Yale, tarif sebesar 20% secara luas setara dengan peningkatan pajak hingga US$3 triliun sampai US$4 triliun—atau sekitar US$3.700 per rumah tangga Amerika. Tarif juga dapat memicu kenaikan harga, memperlambat pertumbuhan ekonomi, merusak rantai pasokan yang dibangun selama lebih dari tiga dekade, serta melemahkan aliansi internasional.

Meskipun demikian, kebijakan tarif Trump disambut positif oleh serikat pekerja sektor manufaktur. "Kami mengapresiasi pemerintah Trump yang mengambil langkah untuk mengakhiri bencana perdagangan bebas yang telah menghancurkan komunitas pekerja selama beberapa dekade terakhir," ujar Shawn Fain, Presiden Serikat Pekerja Otomotif AS (United Auto Workers/UAW).

Namun, perspektif Fain hanya mencakup satu sektor. Jika dilihat secara lebih luas, pasar tenaga kerja Amerika mencatat rekor jumlah pekerjaan dan peningkatan pendapatan rata-rata, terutama dalam sektor teknologi, rekayasa, dan perangkat lunak. Liz Hempel, mitra di McKinsey, mencatat bahwa memang ada sebagian masyarakat Amerika yang tertinggal selama gelombang pertama globalisasi karena kurangnya keterampilan baru. Persoalan ini serius, tetapi penerapan tarif tidak otomatis menyelesaikannya.

"Rantai pasokan global yang kompleks terbentuk selama 30 hingga 40 tahun, tidak bisa dibongkar dalam waktu tiga atau empat tahun saja," tegas Hempel.

Presiden Trump sendiri mengakui bahwa kebijakan ini akan menimbulkan periode penyesuaian yang menyakitkan sebelum terjadi pemulihan. Dalam hal ini, Trump memang benar.

Reaksi pasar saham sangat cepat. Indeks S&P 500 anjlok 10,5% dalam dua hari perdagangan terakhir pekan lalu, sedangkan Nasdaq Composite resmi masuk ke zona bear market. Brian Rauscher, CEO BFR Research, memperingatkan bahwa revisi turun perkiraan laba perusahaan bahkan belum sepenuhnya dilakukan. Ini menunjukkan bahwa investor perlu berhati-hati sebelum memutuskan masuk kembali ke pasar saham.

Jika proyeksi laba perusahaan menunjukkan stagnasi atau tidak adanya pertumbuhan, S&P 500 berpotensi turun ke level 4.400, dengan asumsi rasio harga terhadap laba (P/E ratio) bertahan di angka sekitar 18 kali laba. Angka tersebut berarti penurunan tambahan sekitar 15% dari posisi penutupan terakhir Senin, dan hampir 30% dari level tertinggi sepanjang masa.

Investor perlu bersiap menghadapi volatilitas yang lebih lama, karena kebijakan tarif Trump tampaknya belum akan berubah dalam waktu dekat.

Posting Komentar

0 Komentar