Warga Desa Wisata Wirokerten Memilah Sampah Plastik dan Kain untuk Membuat Bangku Taman dan Sampah Organik untuk Membuat Pupuk Kompos |
Receh.in – Krisis sampah di Bantul, D.I. Yogyakarta, semakin mendesak setelah penutupan permanen Tempat Pembuangan Akhir (TPA) pada Maret lalu.
Dengan minimnya kesadaran masyarakat akan pengelolaan sampah, tantangan ini kian rumit. Namun, sekelompok mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Diponegoro menghadirkan harapan baru melalui program inovatif bertajuk "Wonderlearn".
Inisiatif ini merupakan proyek pelestarian lingkungan dan pemberdayaan komunitas yang lahir dari kompetisi regional "ESG Ambassadors 2024" yang diselenggarakan oleh SCG. Alya Dzikry Hafizzah dan Inggrid Wilhelmina, dua mahasiswa yang meraih Beasiswa SCG Sharing the Dream 2023, memimpin program yang bertujuan mendukung target “Bantul Bersih Sampah 2025”.
Program Wonderlearn dirancang dengan pendekatan sosial-teknologi, melibatkan edukasi serta praktik partisipatif. Dibagi menjadi dua agenda utama, program ini menawarkan "Educode", yang mengajarkan anak-anak tentang lingkungan melalui pembuatan game interaktif, dan "Fun Garden", yang mengajak masyarakat untuk mengolah sampah menjadi produk bernilai tambah.
Alya menjelaskan, riset mereka menemukan bahwa anak-anak dan remaja di Wirokerten menghabiskan setidaknya 1-5 jam sehari untuk bermain gawai. “Melalui ‘Educode’, mereka tidak hanya belajar konsep dasar seperti daur ulang dan pelestarian alam, tetapi juga terlibat langsung dalam aktivitas pemecahan masalah yang relevan dengan kehidupan sehari-hari,” ujarnya dikutip dari pers rilis.
Inisiatif ini bertujuan menanamkan nilai-nilai keberlanjutan sejak dini, membentuk kebiasaan positif yang dapat berdampak jangka panjang.
Inggrid menambahkan, “Sementara itu, ‘Fun Garden’ menjadi sarana bagi anak, remaja, dan masyarakat Wirokerten untuk mengaplikasikan pengetahuan yang didapat dari ‘Educode’. Aktivitas ini mencakup pengelolaan tumpukan sampah dan menanam berbagai jenis sayur dan buah, yang sekaligus menghijaukan lahan desa.”
Program ini mendukung strategi Pemerintah Kabupaten Bantul dalam menyelesaikan siklus sampah di desa, sehingga tidak perlu lagi mengirim sampah ke TPA. Selama periode Agustus-Oktober, lebih dari 50 anggota masyarakat telah berpartisipasi aktif dalam kegiatan Wonderlearn, termasuk anak-anak, remaja, serta kelompok masyarakat lainnya.
Bambang Purwadi Nugroho, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul, menyatakan, “Melalui inisiasi Wonderlearn, masyarakat tidak hanya belajar tentang pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan, tetapi juga mendapatkan keterampilan baru melalui teknologi. Kami optimis, jika perubahan dimulai dari desa, mimpi Bantul Bersih Sampah 2025 bisa menjadi kenyataan.”
Kepala Desa Wisata Wirokerten, Reva Bimo Nugroho, menambahkan, “Wonderlearn mengajarkan kami bahwa teknologi dan kreativitas bisa menjadi solusi bagi masalah sampah. Inisiatif seperti Fun Garden memperkuat ikatan komunitas, sementara Educode membekali anak-anak kami dengan keterampilan masa depan.”
Program Wonderlearn resmi diserahkan kepada masyarakat Desa Wisata Wirokerten melalui acara penyerahan simbolis dan talk show inspiratif pada 27 Oktober 2024. Chakkapong Yingwattanathaworn, Presiden Direktur PT SCG Indonesia, menekankan pentingnya partisipasi generasi muda dalam menciptakan perubahan berkelanjutan.
Dengan upaya ini, Bantul memiliki harapan baru untuk mengatasi krisis sampah, memadukan teknologi, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat dalam satu program inovatif yang diharapkan dapat menjadi model bagi daerah lain di Indonesia.
0 Komentar