Receh.in – Kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia (BEI) turun lebih dari Rp500 triliun dalam seminggu karena turunnya kapitalisasi pasar PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang masuk papan pemantauan khusus (PPK) dan terkena penerapan mekanisme lelang berkala secara penuh atau Full Periodic Call Auction (FCA).
Data perdagangan BEI periode 27-31 Mei 2024 menunjukkan kapitalisasi pasar turun 4,35% menjadi Rp 11.825 triliun, sementara kapitalisasi pasar BREN tergerus Rp405 triliun. IHSG juga tergerus 3,48% ke level 6.970 dari 7.222 pada penutupan pekan sebelumnya.
Periodic Call Auction adalah mekanisme perdagangan di bursa saham di mana periode waktu tertentu dialokasikan untuk sesi lelang. Selama sesi lelang ini, pesanan yang masuk dikumpulkan dan dieksekusi pada harga tunggal yang ditetapkan setelah periode lelang berakhir. Ini berbeda dari perdagangan konvensional di mana pesanan dieksekusi segera pada harga pasar terbaik yang tersedia.
FCA biasanya diterapkan di bursa saham yang ingin mengurangi volatilitas harga dan memberikan kesempatan yang lebih adil bagi semua peserta. Bursa yang menerapkan FCA antara lain Bursa Efek Indonesia (BEI), Bursa Malaysia, dan beberapa bursa lainnya di berbagai negara. Namun, kebijakan perdagangan di setiap bursa dapat berbeda, jadi penting untuk memahami aturan dan mekanisme yang berlaku di bursa tertentu.
Founder Creative Trading System, Argha Jonatan Karo dalam podcast-nya mengatakan FCA adalah blunder terbesar yang pernah dilakukan oleh BEI, yang mengancam IHSG dengan kejatuhan.
“Ini mungkin pertama kalinya di dunia ada saham nomor satu di negara tersebut yang disuspensi selama 30 hari karena hal-hal yang konyol. Penyebabnya adalah oknum-oknum yang terlalu terikat pada analisa fundamental, sehingga pergerakan harga saham yang normal tiba-tiba dipaksa turun melalui kebijakan FCA yang tidak jelas tujuannya,” ujarnya dikutip dari kanal Youtube Creative Trader.
Menurutnya, kekacauan dimulai beberapa hari yang lalu ketika secara tiba-tiba BREN disuspensi dan masuk ke full call auction, yang membuat sahamnya turun drastis seperti saham-saham bermasalah lainnya yang masuk dalam papan pemantauan khusus.
Tujuan dari FCA ini adalah supaya saham-saham yang sudah didistribusikan ke investor retail sulit dijual, menjadikan investor retail sebagai investor jangka panjang. Namun, ini juga bisa menyebabkan harga saham turun drastis hingga Rp1 sebelum delisting.
Padahal BREN adalah saham dengan pengaruh terbesar terhadap IHSG sebelum masuk ke FCA.
Alhasil, banyak investor individu mengeluh dan menganggap langkah BREN masuk ke FCA adalah kebijakan yang tidak berguna dan hanya merugikan investor retail. Ada juga yang mendukung kebijakan ini, menyebutnya sebagai kebijakan Dracula yang menyedot darah investor kecil.
“Saya sendiri melihat bahwa orang-orang di IDX bukanlah orang jahat yang senang melihat orang susah, mereka hanya mencari keuntungan untuk diri mereka sendiri,” ujar Argha.
Ketika BREN dibuka kembali setelah suspensi, transaksi terjadi dan IHSG langsung jatuh. Ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh saham BREN terhadap indeks komposit.
Namun, bagi mereka yang tidak memahami hal ini, mereka tetap percaya bahwa IHSG jatuh karena faktor lain seperti inflasi, resesi, atau kebijakan bank sentral.
Pada akhirnya, kebijakan FCA yang diterapkan pada BREN telah menimbulkan banyak kontroversi dan berdampak buruk pada IHSG.
Menurutnya, diperlukan evaluasi dan perubahan untuk memastikan kebijakan-kebijakan seperti ini tidak merugikan pasar dan investor retail di masa depan.
0 Komentar