Receh.in – Analis menurunkan peringkat sektor semen menjadi Netral dari sebelumnya Overweight, disebabkan oleh harga jual rata-rata (ASP) yang lemah dan permintaan yang menurun.
Selain itu, mereka juga memangkas perkiraan laba per saham (EPS) FY24F/25F sebesar 20%-21%. Hal itu tertuang dalam analisis oleh Richard Jerry dan Christian Sitorus, analis BRI Danareksa Sekuritas.
Kinerja dan Tantangan di 2024
Kinerja produsen semen pada 1Q24 menunjukkan kinerja yang di bawah ekspektasi, dengan laba bersih Semen Indonesia (SMGR) dan Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) masing-masing hanya mencapai 17% dan 11% dari estimasi FY24F kami.
ASP yang lemah menjadi penyebab utama, di mana SMGR dan INTP mengalami penurunan ASP sebesar -3%/-9% yoy pada 1Q24.
Dari sisi volume, SMGR menjual 11,1 juta ton (Mt) semen dalam 4M24 (-3,4% yoy, termasuk ekspor), sementara INTP menjual 5,1 Mt (+7% yoy, atau -0,8% yoy jika tidak termasuk akuisisi baru Grobogan).
Volume INTP dalam 4M24 sesuai dengan 26% proyeksi FY24 kami, sedangkan SMGR sedikit di bawah ekspektasi kami yaitu 27% dari target FY24F.
Penurunan Estimasi EPS
Dengan kondisi volume dan ASP saat ini, kami melihat bahwa asumsi awal kami untuk stabilitas ASP tidak lagi valid.
Permintaan yang lemah mendorong produsen untuk memberikan diskon harga demi menjaga volume penjualan.
“Oleh karena itu, kami mengurangi asumsi kenaikan ASP FY24F menjadi 0% hingga -1,5% dari +1%-2% sebelumnya. Selain itu, kami juga menurunkan estimasi pertumbuhan ASP jangka panjang menjadi 1,5%-2,5% dari 2%-3% sebelumnya karena persaingan harga diperkirakan akan terus berlanjut,” katanya.
Analis juga mengurangi proyeksi pertumbuhan volume FY24F/FY25F menjadi 1,5%/2,5% dari 2,6%/3%, karena pemulihan segmen semen kantong diperkirakan akan memakan waktu lebih lama akibat pasar properti yang lemah.
Sebagai hasilnya, analis memangkas prospek pendapatan FY24F/FY25F sebesar 3%/4%, EBITDA FY24F/FY25F sebesar 11%/10%, dan EPS FY24F/FY25F sebesar 21%/20%.
INTP Menjadi Pilihan Utama
INTP |
Karena penurunan ekspektasi ASP dan pertumbuhan volume, kedua analis itu menurunkan peringkat sektor menjadi Netral.
“Meskipun kami melihat risiko penurunan yang terbatas setelah koreksi harga saham sebesar 14%-22% dalam sebulan terakhir, peringkat Netral mencerminkan pandangan kami bahwa tekanan ASP akibat volume penjualan yang lemah akan terus berlanjut di FY24, dengan pemulihan diperkirakan terjadi di FY25,” lanjutnya.
Analis mengalihkan pilihan utama kami ke INTP (Beli, dengan target harga lebih rendah sebesar Rp 8,400), karena: 1) penghematan biaya dari Grobogan yang diperkirakan mengurangi biaya transportasi/ton sebesar 2,5%-3%, dan 2) dampak yang lebih kecil dari pabrik Hongshi Aceh yang akan datang.
Mereka juga mempertahankan peringkat Beli untuk SMGR, dengan target harga lebih rendah sebesar Rp 6,700. Potensi risiko ke atas termasuk pemulihan yang lebih cepat di sektor properti dan kemampuan pemain semen untuk menaikkan ASP. Risiko penurunan meliputi kembalinya perang harga dan kemajuan yang lebih lambat pada proyek IKN.
0 Komentar