Receh.in - PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) berencana untuk melakukan aksi korporasi di pasar modal dengan membeli kembali saham-sahamnya yang telah dikeluarkan dan tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Dilansir Bareksa.com, manajemen AGRO mengumumkan rencana tersebut dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan pada hari Kamis (21/3/2024). Mereka menyatakan bahwa perusahaan akan menyediakan dana sebesar Rp60 miliar dari sumber dana internalnya. Proses pembelian kembali saham akan dilakukan secara bertahap dan diharapkan selesai paling lambat dalam waktu 12 bulan setelah mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPST) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Langkah ini diambil dengan memperhatikan kondisi likuiditas dan permodalan perusahaan, serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Manajemen AGRO memperkirakan biaya yang terkait dengan pembelian kembali saham ini, termasuk biaya komisi perantara dan biaya lainnya, akan mencapai sekitar 1,61% dari estimasi nilai pembelian kembali, jika seluruh pembelian kembali dilakukan.
Pihak manajemen juga menegaskan bahwa pelaksanaan pembelian kembali saham dan jumlah total saham yang dimiliki oleh perusahaan tidak akan melebihi 10% dari jumlah modal yang telah ditempatkan, sesuai dengan regulasi yang berlaku. Mereka juga menjamin bahwa jumlah saham yang beredar secara publik tidak akan menjadi kurang dari 7,5% dari total saham yang tercatat.
Tujuan utama dari aksi korporasi ini adalah untuk meningkatkan keterlibatan dan kepemilikan saham oleh para karyawan perusahaan. Program ini akan diimplementasikan dalam bentuk Program Kepemilikan Saham Manajemen dan Karyawan, yang merupakan bagian dari skema remunerasi keseluruhan bagi manajemen dan karyawan. Dengan adanya program ini, diharapkan karyawan akan lebih termotivasi untuk memberikan kontribusi optimal terhadap pencapaian target perusahaan. Namun demikian, program kepemilikan saham ini tidak akan tersedia bagi anggota Direksi dan Dewan Komisaris kecuali untuk Komisaris Independen.
"Selain itu, pembelian kembali saham ini juga didasari oleh keyakinan manajemen AGRO akan kinerja dan prospek perusahaan yang semakin membaik di masa depan. Kami percaya bahwa langkah ini akan memberikan nilai tambah kepada para pemangku kepentingan perusahaan dan diyakini tidak akan memberikan dampak negatif secara signifikan terhadap operasional AGRO. Dalam hal ini, perusahaan memiliki cukup modal kerja, arus kas, dan tingkat kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) untuk mendukung pembelian kembali saham ini bersamaan dengan kegiatan operasional," ungkap manajemen AGRO.
Dengan menggunakan sumber dana internal, aset dan ekuitas perusahaan diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar estimasi nilai pembelian kembali saham. Pembelian kembali saham akan dilakukan dengan harga yang dianggap wajar oleh perusahaan, dengan memperhatikan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 29/2023. Jika pembelian kembali saham dilakukan melalui Bursa Efek, harga penawaran untuk pembelian kembali saham harus lebih rendah atau setara dengan harga transaksi sebelumnya.
Sementara itu, jika pembelian kembali saham dilakukan di luar Bursa Efek, harga pembelian kembali saham oleh perusahaan tidak akan melebihi harga rata-rata penutupan perdagangan harian di Bursa Efek selama 90 hari terakhir sebelum tanggal pembelian kembali saham.
Manajemen AGRO menegaskan bahwa langkah ini tidak akan menyebabkan kekayaan bersih perusahaan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang telah ditempatkan, termasuk cadangan wajib yang telah dialokasikan, baik dari sisi pendapatan maupun biaya operasional.
Untuk melaksanakan rencana pembelian kembali saham ini, AGRO akan mengajukan permohonan persetujuan dari para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang direncanakan akan diselenggarakan pada tanggal 30 April 2024.
Profil Singkat AGRO
Bank Raya Indonesia Tbk (sebelumnya dikenal sebagai Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk atau Bank BRI AGRO) menjadi pemain industri perbankan Indonesia sejak didirikan pada 1989. Bank ini memulai perjalanan komersialnya pada 1990 dengan visi kuat untuk melayani masyarakat dengan layanan perbankan terbaik.
Dengan kantor pusat yang terletak di Menara BRILiaN, Jalan Gatot Subroto No. 177A, Kelurahan Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan, Bank Raya Indonesia Tbk telah menegaskan kehadirannya sebagai salah satu pemain dalam perekonomian Indonesia. Melalui berbagai inovasi dan strategi yang terus-menerus ditingkatkan, bank ini telah berhasil menciptakan jejak yang kuat dalam industri perbankan.
Salah satu langkah penting dalam sejarah Bank Raya Indonesia Tbk adalah akuisisi oleh Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (Bank BRI) pada 2011. Pada tahun berikutnya, tepatnya pada tahun 2012, nama Bank Agroniaga Tbk diganti menjadi Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (Bank BRI AGRO). Langkah ini tidak hanya memperkuat posisi Bank Raya Indonesia Tbk di pasar, tetapi juga membuka peluang baru untuk pertumbuhan dan ekspansi.
Sejak awal berdirinya, Bank Raya Indonesia Tbk telah mengemban tanggung jawabnya sebagai bank umum dan bank devisa. Pada tanggal 11 Desember 1989, bank ini memperoleh izin resmi sebagai bank umum, sementara izin sebagai Bank Devisa diperoleh pada tanggal 8 Mei 2006. Hal ini menunjukkan komitmen bank dalam menyediakan layanan perbankan yang luas dan beragam kepada masyarakat Indonesia.
Salah satu pencapaian penting dalam sejarah Bank Raya Indonesia Tbk adalah pencatatan saham perdana (IPO) pada tanggal 30 Juni 2003. Pada saat itu, perusahaan berhasil mencatatkan saham perdana sebanyak 1.514.043.000 lembar saham di Bursa Efek Surabaya (BES), yang sekarang dikenal sebagai Bursa Efek Indonesia (BEI). IPO ini tidak hanya menjadi tonggak penting dalam sejarah bank, tetapi juga menandai kepercayaan investor terhadap potensi pertumbuhan bank di masa mendatang.
Dalam menghadapi dinamika pasar modal, Bank Raya Indonesia Tbk telah melakukan sejumlah penawaran umum terbatas (rights issue) untuk memperkuat struktur modal dan mendukung ekspansi bisnisnya. Penawaran umum terbatas ini mencakup serangkaian rights issue yang dilakukan dari tahun 2009 hingga 2022, yang mencerminkan komitmen bank dalam meningkatkan nilai perusahaan dan memperluas pangsa pasar.
Namun, tidak semua perjalanan Bank Raya Indonesia Tbk berjalan mulus. Pada beberapa titik waktu, bank ini mengalami penurunan harga saham yang signifikan, seperti yang terjadi pada tanggal 7 Maret 2024, di mana harga saham turun sebesar 4,23%. Meskipun demikian, bank terus berupaya untuk mengatasi tantangan ini melalui strategi yang kuat dan komitmen untuk memberikan nilai tambah kepada para pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.
Dalam upaya untuk memenuhi peraturan pemerintah terkait kepemilikan saham bank umum, Bank Raya Indonesia Tbk telah melakukan sejumlah langkah, termasuk penghapusan sebagian (partial delisting) saham pada tanggal 3 Agustus 2021, 17 Desember 2021, dan 27 Desember 2022. Langkah-langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa kepemilikan saham bank tetap sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dengan nilai kapitalisasi yang mencapai Rp7.396.914.151.232,-, Bank Raya Indonesia Tbk tetap menjadi salah satu kekuatan utama dalam industri perbankan Indonesia. Melalui berbagai inovasi, ekspansi, dan komitmen yang kuat terhadap pelayanan pelanggan, bank ini terus berusaha untuk menjadi mitra terpercaya bagi masyarakat dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
0 Komentar