JAKARTA – Bank Neo Commerce (BBYB IJ), salah satu entitas perbankan yang sedang berkembang di Indonesia, telah menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam laporan keuangannya untuk tahun fiskal 2023.
Meskipun mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp573 miliar, hasil tersebut ternyata lebih baik dari perkiraan sebelumnya, menandakan adanya peningkatan dalam margin bunga bersih (NIM) yang didukung oleh peningkatan hasil pinjaman dan rasio pinjaman terhadap dana (LDR).
Analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano & Naura Reyhan Muchlis dalam risetnya menyebut beberapa poin kunci yang menandai potensi pertumbuhan keuntungan Bank Neo Commerce (BBYB) untuk tahun fiskal 2024 dan 2025.
Salah satunya adalah penurunan persentase pinjaman bermasalah (NPL) yang menjadi indikator penting dalam mengukur kualitas aset bank.
BBYB berhasil mengurangi NPLnya dari 3.9% di 9M23 menjadi 3.7% di FY23, dan bank tersebut berambisi untuk menurunkannya lebih lanjut menjadi 3.5% di FY24. Optimisme ini didasarkan pada ekspansi portofolio pinjaman produktif yang terus dilakukan oleh bank.
Lebih jauh, bank ini mencatatkan penurunan dalam pencadangan kerugian pinjaman sebesar 23% yang diproyeksikan akan mendorong pertumbuhan pendapatan di tahun fiskal 2024. Hal ini mencerminkan adanya manajemen risiko yang lebih baik dan peningkatan kualitas kredit.
Dengan pencadangan kerugian pinjaman yang lebih rendah dan peningkatan NIM, diharapkan BBYB akan mencatatkan laba bersih positif pada FY25, dengan perkiraan pertumbuhan pinjaman sebesar 19.7% pada FY24 dan 14.8% pada FY25.
Dalam catatan Analis BRI Danareksa Sekuritas, mereka juga menyoroti rencana strategis BBYB untuk diversifikasi portofolio pinjaman, terutama melalui kerja sama dengan Akulaku, sebuah platform finansial teknologi.
Meskipun Akulaku sempat mendapatkan pembatasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Oktober 2023, pembatasan tersebut telah dicabut pada 29 Februari 2024, membuka peluang bagi BBYB untuk meningkatkan portofolio pinjamannya. Kerja sama dengan ekosistem fintech dan ekspansi pinjaman kepada UMKM serta startup digital menjadi fokus BBYB ke depannya.
Peningkatan rasio LDR juga menjadi salah satu faktor yang diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas bank. Dengan LDR yang meningkat dari 52.6% di tahun 2021 menjadi 77.7% di tahun 2023, BBYB menunjukkan kemampuannya dalam mengelola dana deposito untuk menghasilkan pendapatan bunga yang lebih tinggi.
Analis juga mencatat penurunan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (CIR) yang signifikan, berkat penurunan biaya transfer dan pengurangan biaya pemasaran. Strategi pengurangan biaya ini sejalan dengan penyesuaian bank terhadap sistem BI Fast, yang menunjukkan upaya BBYB dalam meningkatkan efisiensi operasional.
Melihat ke depan, Bank Neo Commerce (BBYB IJ) menunjukkan prospek yang menjanjikan berkat peningkatan kinerja keuangan, strategi diversifikasi portofolio pinjaman yang kuat, dan manajemen risiko yang efektif. “Dengan kondisi ini, kami mempertahankan rekomendasi "Beli" dengan target harga yang disesuaikan menjadi Rp600 per saham, mencerminkan optimisme terhadap pertumbuhan jangka panjang bank ini.”
Risiko utama yang perlu diwaspadai termasuk kemungkinan peningkatan NPL dan pencadangan kerugian pinjaman yang lebih tinggi dari perkiraan. Namun, dengan strategi yang telah diterapkan, BBYB berada di jalur yang tepat untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan meningkatkan nilai bagi para pemegang saham.
0 Komentar