JAKARTA – Perekonomian Indonesia mengalami sejumlah dinamika menarik pada tanggal 6 Februari 2024, ditandai dengan pergerakan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah, volume transaksi surat utang, serta fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Dalam laporan ini, kita akan mendalami setiap aspek tersebut secara mendetail.
Imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia dengan tenor 10 tahun tercatat sebesar 6,617% pada 6 Februari 2024, mengalami kenaikan tipis dibandingkan hari sebelumnya yang berada di angka 6,606%. Di sisi lain, imbal hasil Treasury AS (UST) untuk tenor yang sama justru mengalami penurunan, dari 4,17% menjadi 4,09% dalam periode yang sama. Pergerakan ini menunjukkan adanya dinamika pasar obligasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan moneter dan ekspektasi inflasi di kedua negara.
Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan transaksi hari sebelumnya yang mencapai IDR60,08 triliun. Namun, volume transaksi tersebut masih lebih tinggi dari rata-rata year-to-date (YTD) yang tercatat sebesar IDR44,83 triliun. Sementara itu, transaksi outright mencapai IDR27,97 triliun, meningkat dibandingkan dengan hari sebelumnya yang tercatat sebesar IDR15,83 triliun.
Pada sisi korporasi, total volume obligasi korporasi tercatat sebesar IDR3,830.93 miliar, didominasi oleh surat utang jangka pendek (kurang dari 5 tahun). Volume transaksi ini meningkat dibandingkan dengan volume hari sebelumnya yang sebesar IDR844,46 miliar.
Angka ini juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata tahun ini yang tercatat sebesar IDR1,982.85 miliar. Transaksi outright untuk obligasi korporasi mencatatkan angka yang signifikan, yaitu sebesar IDR3,826.48 miliar, meningkat tajam dari transaksi hari sebelumnya yang hanya IDR844.46 miliar.
Di pasar valuta asing, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan sebesar 0,16%, dari IDR15,705 menjadi IDR15,730. Meskipun demikian, Indeks Harga Saham Gabungan (JCI) menunjukkan kinerja yang positif dengan kenaikan sebesar 0,68%, dari 7,199 menjadi 7,247.
Di pasar energi, harga minyak Brent meningkat dari 78,90 USD per barel menjadi 78,99 USD per barel, sementara harga WTI Cushing Crude Oil Spot tercatat naik dari 72,28 USD menjadi 72,78 USD per barel.
Sementara itu, di kancah global, terdapat beberapa perkembangan penting. Wakil Menteri Perdagangan China, Sheng Qiuping, berjanji akan mengambil langkah-langkah untuk mendorong konsumsi otomotif, peralatan rumah tangga, dan furnitur rumah.
Menurut data yang dilacak pemerintah, penjualan ritel dan e-commerce di China terlihat kuat pada akhir Januari. Di sisi lain, penjualan ritel di kawasan Euro mengalami penurunan sebesar 0,8% year-on-year pada Desember 2023, mengikuti penurunan yang direvisi sebesar 0,4% pada bulan sebelumnya dan dibandingkan dengan ekspektasi pasar yang memprediksi penurunan sebesar 0,9%, menurut data dari Trading Economics.
Dari sini terlihat jelas bahwa dinamika ekonomi global dan domestik sangat kompleks dan saling terkait. Pergerakan pasar obligasi, fluktuasi nilai tukar, hingga kinerja indeks saham, semuanya memberikan gambaran tentang kondisi ekonomi saat ini dan harapan untuk masa depan. Keputusan para investor, baik lokal maupun internasional, akan terus dipengaruhi oleh perkembangan ini serta data dan kebijakan ekonomi lain yang akan datang.
0 Komentar