JAKARTA – Dalam beberapa minggu terakhir, pasar batubara global mengalami perubahan signifikan. Harga kontrak berjangka batubara Newcastle telah meningkat di atas US$130 per ton, yang merupakan level tertinggi dalam lebih dari sebulan, dipicu oleh peningkatan permintaan dari China.
Batu bara Newcastle ditutup pada harga US$134.15 per metrik ton, turun 0,63% pada perdagangan 5 Desember. Dalam sebulan harganya telah naik 12,73%, sementara dalam periode 12 bulan turun 67,18%.
Dilansir Tradingeconomics, perubahan iklim secara dramatis telah mempengaruhi permintaan energi, khususnya di China. Dengan temperatur yang terus menurun, permintaan akan sumber energi termal meningkat.
Data terbaru menunjukkan bahwa impor batubara termal China untuk bulan November diperkirakan mencapai sekitar 29,21 juta metrik ton. Angka ini melampaui total impor bulan Oktober yang berjumlah 24,62 juta ton dan hanya sedikit di bawah rekor bulan Mei sebesar 30,21 juta ton, menurut data yang dikumpulkan oleh analis komoditas di Kpler.
Fokus utama dari peningkatan impor ini adalah pasokan dari Australia. Diperkirakan, pada bulan ini, Australia akan menyuplai China sebanyak 7,22 juta metrik ton batubara, meningkat secara signifikan dari 4,23 juta ton pada Oktober. Ini merupakan jumlah bulanan tertinggi sejak Beijing mencabut larangan impor informal dari Australia awal tahun ini.
Namun, perlu dicatat bahwa sepanjang tahun 2023, batubara mengalami penurunan sebesar US$270 per metrik ton atau 66,81% dari awal tahun, menurut perdagangan kontrak untuk perbedaan (CFD) yang mengikuti pasar acuan untuk komoditas ini. Secara historis, batubara mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada September 2022, dengan harga US$457,80.
Melihat ke depan, diperkirakan batubara akan diperdagangkan di angka US$137,38/MT pada akhir kuartal ini, berdasarkan model makro global dan ekspektasi analis dari Trading Economics. Lebih jauh lagi, diperkirakan akan diperdagangkan pada US$154,36 dalam waktu 12 bulan ke depan.
Analisis Kenaikan Harga dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
Grafik Harga Batu Bara 5 Tahun Terakhir |
Peningkatan harga batubara Newcastle dapat diatributkan pada beberapa faktor. Pertama, peningkatan permintaan dari China sangat berpengaruh, mengingat China merupakan salah satu konsumen energi terbesar di dunia. Kedua, keputusan China untuk mencabut larangan impor batubara dari Australia juga memberikan dampak positif terhadap pasokan dan harga.
Kondisi cuaca yang ekstrem juga berperan dalam meningkatnya permintaan energi, khususnya untuk pemanasan selama musim dingin. Selain itu, berbagai faktor ekonomi dan politik global, seperti ketegangan geopolitik dan kebijakan energi di berbagai negara, juga turut mempengaruhi pasar batubara global.
Dampak Ekonomi dan Lingkungan
Kenaikan harga batubara memiliki dampak yang signifikan baik dari segi ekonomi maupun lingkungan. Bagi negara pengimpor seperti China, kenaikan harga ini dapat meningkatkan biaya energi dan berpotensi mempengaruhi inflasi. Bagi negara pengekspor seperti Australia, ini merupakan kabar baik karena dapat meningkatkan pendapatan ekspor.
Dari sudut pandang lingkungan, peningkatan ketergantungan pada batubara mungkin menimbulkan kekhawatiran terkait emisi karbon dan perubahan iklim. Meskipun ada upaya global untuk beralih ke energi yang lebih bersih dan berkelanjutan, kenyataannya kebutuhan akan batubara masih tinggi, terutama di negara berkembang.
Proyeksi Masa Depan dan Transisi Energi
Proyeksi jangka pendek menunjukkan bahwa harga batubara akan terus mengalami fluktuasi, tergantung pada kondisi pasar dan faktor geopolitik. Namun, dalam jangka panjang, tren global menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan dapat mengurangi ketergantungan pada batubara.
Transisi energi ini membutuhkan investasi besar-besaran di bidang energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan hidro. Selain itu, peningkatan efisiensi energi dan pengembangan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon juga akan menjadi kunci dalam mengurangi emisi dari penggunaan batubara.
0 Komentar