JAKARTA – Harga emas mengalami kenaikan setelah sesi perdagangan yang dramatis, di mana sempat melonjak ke rekor tinggi akibat spekulasi pemotongan suku bunga di AS, sebelum akhirnya membalikkan keuntungan tersebut dan ditutup turun lebih dari 2%.
Dilansir Bloomberg, pada Selasa (5/12/2023), logam mulia ini diperdagangkan di dekat US$2.030 per ounce setelah pada awal hari Senin naik hingga 3,1%.
Lonjakan ini dipicu oleh komentar Ketua Federal Reserve AS, Jerome Powell, pada hari Jumat yang ditafsirkan oleh pedagang sebagai sinyal bahwa pemotongan suku bunga semakin dekat. Namun, spekulasi tersebut kemudian dianggap berlebihan, dengan harga emas turun saat yield obligasi pemerintah AS dan dolar meningkat.
Pasar swap saat ini masih memperkirakan ada 55% peluang Fed akan menurunkan biaya pinjaman pada bulan Maret. Investor akan mencermati data pekerjaan AS yang akan dirilis dalam beberapa hari ke depan untuk mendapatkan petunjuk tentang langkah selanjutnya dari bank sentral tersebut.
Sejak awal Oktober, harga emas telah naik sekitar 11%, dengan penguatan awalnya didorong oleh pembelian sebagai aset safe haven menyusul serangan Hamas terhadap Israel, sebelum meningkat lebih lanjut karena prospek kebijakan moneter yang lebih longgar di AS. Gelombang pembelian oleh bank sentral juga telah mendukung kekuatan harga emas tahun ini, menyeimbangkan penurunan kepemilikan oleh dana yang diperdagangkan di bursa.
“Menjelang 2024, perubahan kebijakan moneter, perlambatan ekonomi, dan volatilitas yang tinggi dapat menciptakan lingkungan yang positif bagi emas,” ujar Robin Tsui, seorang ahli strategi emas Asia-Pasifik di State Street Global Advisors.
Investor akan terus memantau ketegangan geopolitik dan data pekerjaan terbaru AS yang dijadwalkan rilis hari Jumat, tambahnya.
Emas spot naik 0,2% menjadi US$2.032,74 per ons per pukul 6:10 pagi waktu London. Indeks Spot Dolar Bloomberg stabil setelah naik 0,5% pada hari Senin. Harga perak tetap, sementara platinum dan paladium mengalami penurunan.
.png)
0 Komentar