JAKARTA – Harga kontrak berjangka minyak mentah WTI mengalami kenaikan hampir 2% menjadi $77 per barel pada hari Jumat, mencerminkan pertumbuhan di pasar ekuitas seiring pulihnya pasar keuangan dari komentar Federal Reserve yang bersifat hawkish. Meskipun demikian, harga masih dalam tren penurunan mingguan ketiga secara berturut-turut.
Berbagai faktor ikut mempengaruhi penurunan harga, termasuk kekhawatiran akan potensi gangguan pasokan di Timur Tengah dan ketidakpastian dalam permintaan dari AS dan Tiongkok.
Menurut Badan Energi Informasi (EIA), konsumsi total petroleum di AS diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar 300,000 barel per hari tahun ini, yang merupakan pembalikan dari perkiraan sebelumnya yang memproyeksikan peningkatan sebesar 100,000 barel per hari.
Data terbaru juga menunjukkan peningkatan besar dalam stok minyak mentah AS, yakni hampir 12 juta barel minggu lalu, merupakan kenaikan terbesar sejak awal tahun 2023.
Di sisi lain, di Tiongkok, angka inflasi dan perdagangan yang di bawah ekspektasi memberikan tekanan pada prospek permintaan di negara tersebut, yang notabene merupakan importir minyak mentah terbesar di dunia.
0 Komentar