JAKARTA – Shekel Israel melemah menjadi 4 per USD, ini merupakan level terlemah sejak tahun 2015. Mata uang ini telah kehilangan hampir 3,9% nilainya sejak tanggal 7 Oktober ketika Hamas menyerang Israel dan negara tersebut memulai serangan balasan.
Perdana Menteri Netanyahu berjanji untuk melanjutkan pertempuran tanpa batasan atau jeda hingga tujuan dicapai, dan Israel diperkirakan akan melancarkan invasi darat ke Jalur Gaza.
Pekan lalu, bank sentral mengambil langkah-langkah untuk mendukung mata uang, termasuk menjual hingga $30 miliar mata uang asing di pasar terbuka. Ini merupakan intervensi pertama dalam kurang lebih dua tahun, serta penjualan valuta asing pertama yang pernah dilakukan.
Sebelum serangan Hamas, shekel sudah berada di bawah tekanan karena Perdana Menteri Netanyahu berniat melanjutkan langkah-langkah yang akan melemahkan sistem peradilan negara meskipun telah terjadi serangkaian protes di awal tahun.
Kondisi geopolitik di kawasan ini tentunya memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian dan nilai tukar mata uang. Tegangan dengan Hamas dan potensi operasi militer di Jalur Gaza mempengaruhi persepsi risiko bagi investor dan mendorong pelemahan shekel.
Selain itu, kebijakan dalam negeri yang kontroversial, terutama yang berkaitan dengan sistem peradilan, juga mempengaruhi sentimen pasar terhadap perekonomian Israel.
Dalam menghadapi situasi ini, bank sentral Israel memandang perlu untuk mengintervensi pasar mata uang dengan menjual valuta asing. Langkah ini diambil untuk memberikan dukungan pada shekel dan menjaga stabilitas ekonomi.
Namun, tentu saja, stabilitas politik dan solusi damai bagi konflik yang berkepanjangan adalah faktor kunci untuk memastikan pertumbuhan dan kestabilan ekonomi Israel di masa mendatang.
0 Komentar