JAKARTA – PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) mencatat laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 250,5 juta pada periode Januari-September 2023, setara dengan Rp 3,98 triliun.
Meskipun pendapatan usahanya tumbuh sebesar 8,12% dari US$
666,48 juta menjadi US$ 720,63 juta, laba bersih tersebut mengalami penurunan
sebesar 11,87% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya,
yang mencapai US$ 284,26 triliun.
Penurunan laba bersih Adaro Minerals terjadi meskipun
perusahaan mencatatkan pertumbuhan pendapatan usaha yang signifikan.
Pertumbuhan ini disebabkan oleh peningkatan volume penjualan sebesar 38%,
walaupun harga jual rata-rata (ASP) mengalami penurunan sebesar 21%.
Produk batu bara metalurgi berkualitas tinggi yang
dihasilkan oleh ADMR berhasil dijual ke berbagai produsen baja di berbagai
negara seperti Jepang, China, India, Indonesia, dan Korea Selatan.
Prestasi gemilang terlihat pada peningkatan volume produksi
Adaro Minerals selama sembilan bulan tahun ini, yang naik sebesar 55% menjadi
3,98 juta ton. Ini merupakan hasil dari ketersediaan alat berat yang baik serta
kinerja kontraktor yang memuaskan. Selain itu, perusahaan juga mencatat
peningkatan signifikan dalam volume pengupasan lapisan penutup, yang meningkat
sebesar 128% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, sehingga
mencapai nisbah kupas sebesar 3,47x.
Kenaikan pendapatan usaha yang signifikan ini juga diimbangi
oleh peningkatan beban pokok pendapatan sebesar 36%, dari US$ 251,59 juta
menjadi US$ 341,02 juta. Beban pokok pendapatan ini meningkat terutama karena
peningkatan volume produksi, yang mencakup kenaikan royalti kepada pemerintah
sebesar 2%, biaya penambangan sebesar 95%, biaya pengolahan batu bara sebesar
51%, dan biaya pengiriman serta penanganan sebesar 38%.
Selain itu, konsumsi bahan bakar juga meningkat sebesar 49%,
yang menyebabkan biaya kas batu bara per ton naik sebesar 13%. Sebagai akibat
dari peningkatan beban ini, laba kotor ADMR turun sebesar 9% menjadi US$ 379,6
juta, laba usaha mengalami penurunan sebesar 14% dari US$ 387,65 juta menjadi
US$ 333,25 juta, dan laba bersih turun sebesar 11,87% menjadi US$ 250,5 juta.
0 Komentar