Receh.in – Indonesia, Filipina, dan Rusia adalah negara-negara penghasil nikel teratas pada tahun 2022.
Masa depan pasar nikel global terlihat cerah seiring terus berkembangnya industri kendaraan listrik (EV) — hal ini dapat mendorong aktivitas pertambangan lebih lanjut di negara-negara penghasil nikel teratas di dunia.
Permintaan nikel sebagai logam baterai dan sebagai komponen penting dalam pembuatan stainless steel terus berkembang, dan baik perusahaan maupun negara-negara berlomba-lomba untuk terlibat dalam produksi nikel dan meninggalkan jejaknya.
Dengan itu, penting untuk mengetahui tentang wilayah-wilayah penghasil nikel. Berikut adalah negara-negara penghasil nikel teratas pada tahun 2022, berdasarkan data terbaru dari Survei Geologi AS.
1. Indonesia
- Produksi tambang: 1,6 juta MT
Mengklaim posisi pertama dalam produksi dengan selisih yang jauh, Indonesia merupakan contoh nyata dari negara yang ingin ikut serta dalam pasar nikel yang sedang berkembang pesat.
Produksi nikel dari Indonesia telah berkembang pesat dari angka 345.000 ton metrik (MT) pada tahun 2017 menjadi 1,6 juta MT pada tahun 2022. Indonesia juga memiliki cadangan nikel sebesar 21 juta MT.
Indonesia aktif membangun industri baterai EV, dan memiliki kedekatan dengan China (Tiongkok), pemimpin saat ini dalam manufaktur EV di dunia. Hal itu menciptakan kondisi yang ideal.
Pada bulan Mei 2021, Indonesia menyambut diresmikannya pabrik pertamanya untuk memproses nikel untuk digunakan dalam baterai EV.
Menurut Center for Strategic and International Studies, beberapa proyek serupa juga sedang dalam tahap pengembangan. “Dalam tiga tahun saja, Indonesia telah menandatangani lebih dari dua lusin kesepakatan senilai lebih dari $15 miliar untuk bahan baterai dan produksi EV dengan produsen global,” lapor Euronews.
2. Filipina
- Produksi tambang: 330.000 MT
Filipina telah menjadi salah satu negara penghasil nikel teratas dan eksportir bijih nikel selama beberapa waktu ini. Negara ini juga berdekatan dengan China, dan saat ini memiliki 30 tambang nikel, termasuk Rio Tuba yang dioperasikan oleh Nickel Asia, salah satu produsen bijih nikel terkemuka di Filipina.
Setelah mengalami penurunan sedikit antara tahun 2017 dan 2018, ketika produksi nikel turun dari 366.000 MT menjadi 340.000 MT, Filipina meningkatkan produksi nikelnya menjadi 420.000 MT pada tahun 2019.
Namun, tren naik tersebut tidak berlangsung lama karena negara ini terus berhadapan dengan curah hujan rekord yang telah membanjiri operasi pertambangan.
Pada tahun 2022, negara kepulauan ini mengalami penurunan produksi nikel sebesar 50.000 MT dari tahun sebelumnya menjadi 330.000 MT.
3. Rusia
- Produksi tambang: 220.000 MT
Meskipun menempati posisi ketiga dalam daftar ini, produksi nikel Rusia menurun dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2018, produksi nikel negara ini mencapai 272.000 MT, namun pada 2022, angkanya turun menjadi 220.000 MT.
Norilsk Nickel dari Rusia merupakan salah satu produsen nikel dan paladium terbesar di dunia. Perusahaan ini berencana untuk menginvestasikan US$35 miliar dalam pembaharuan infrastruktur energi selama dekade mendatang dengan harapan dapat meningkatkan produksi pertambangannya hingga tahun 2030.
Perang Rusia dengan Ukraina berkontribusi atas lonjakan harga nikel pada 2022.
4. New Caledonia (Kaledonia Baru)
- Produksi tambang: 190.000 MT
Negara Prancis ini yang berada di dekat pantai Australia juga telah melihat produksi nikelnya menurun dalam beberapa tahun terakhir, dari 220.000 MT pada 2019 menjadi 190.000 MT pada 2022. Ekonomi negara ini sangat bergantung pada harga nikel.
Kaledonia Baru telah menolak menjual bijih nikel langsung kepada negara-negara besar pengkonsumsi nikel seperti China di masa lalu untuk mempertahankan industri peleburan dan pemurnian dalam negeri, yang merupakan sumber pendapatan utama.
Namun, pada Desember 2016, pemerintah New Caledonia menyetujui permintaan para penambang nikel untuk mengekspor lebih dari 2 juta MT bijih nikel ke China.
Pada 2020, produsen besar Vale menjual sahamnya di tambang nikel Goro di New Caledonia.
Saat ini, pihak berwenang provinsi dan kepentingan lokal memiliki 51 persen saham di tambang, sedangkan pedagang komoditas global Trafigura dan produsen EV Tesla juga memiliki saham signifikan.
5. Australia
- Produksi tambang: 160.000 MT
Australia, negara lain dalam daftar negara-negara penghasil nikel teratas, mendapati produksinya meningkat dari 151.000 MT pada 2021 menjadi 160.000 MT pada 2022.
Salah satu pemain utama dalam produksi di negara ini adalah BHP dengan divisi Nickel West-nya.
Setelah harga nikel mengalami penurunan tajam dari tahun 2014 hingga 2016, beberapa tambang tutup. Namun, sejak pemulihan harga logam ini, para perusahaan penambang kembali menambang dan mencari peluang dari logam dasar tersebut.
Beberapa di antaranya adalah Mincor Resources, pemilik operasi nikel Kambalda yang memiliki tiga tambang di Western Australia. Dalam laporan tahunan Mincor pada 2022 disebut bahwa Kambalda memproses bijih pertamanya pada Mei 2022 dan mencatat pendapatan AU$25,3 juta pada Juni 2022.
6. Kanada
- Produksi Tambang: 130.000 MT
Produksi nikel Kanada mengalami penurunan dari 180.000 MT pada tahun 2019 menjadi 130.000 MT pada 2022. Sudbury Basin di Kanada merupakan salah satu pemasok bijih nikel terbesar di dunia, dan operasi Sudbury milik Vale terletak di sana.
Produsen nikel utama lainnya di Kanada adalah Glencore (LSE:GLEN, OTC Pink:GLCNF), yang memiliki tambang Raglan di Quebec, serta Sudbury Integrated Nickel Operations di Ontario. Operasi Sudbury mencakup tambang Nickel Rim South, tambang Fraser, pabrik Strathcona, dan pabrik peleburan Sudbury.
7. China
- Produksi Tambang: 110.000 MT
Produksi nikel Cina telah tetap relatif konsisten dalam beberapa tahun terakhir. Selain menjadi salah satu negara penghasil nikel teratas, China juga merupakan produsen terkemuka di dunia untuk pig iron nikel, yang merupakan jenis ferronikel kualitas rendah yang digunakan dalam pembuatan baja tahan karat.
Jinchuan Group, anak perusahaan Jinchuan Group International Resources merupakan produsen nikel besar di China.
Peran penting China dalam produksi baja tahan karat juga berarti negara tersebut mempengaruhi dinamika harga nikel.
8. Brasil
- Produksi Tambang: 83.000 MT
Dalam beberapa tahun terakhir, produksi nikel Brasil mengalami tren naik dari 74.400 MT pada tahun 2019 menjadi 83.000 MT pada tahun 2022. Proyek nikel Brasil memiliki CAPEX yang direncanakan sebesar US$1,06 miliar hingga tahun 2025.
Vale, produsen besar berbasis di Brasil, menjual proyek nikel Jaguar di wilayah mineral Carajás kepada Centaurus Metals pada bulan April 2020.
Proyek tersebut memiliki sumber daya sebesar 40,4 juta MT dengan kandungan nikel 0,78 persen, total 315.000 MT nikel terkandung.
Jaguar merupakan salah satu dari tiga proyek pertambangan yang dipilih oleh pemerintah Brasil untuk mendapatkan dukungan dalam mendapatkan lisensi lingkungan.
9. Amerika Serikat
- Produksi Tambang: 18.000 MT
Terakhir, produksi nikel Amerika Serikat meningkat dari angka 14.000 MT pada tahun 2019 menjadi 18.000 MT pada tahun 2022. Pada awal Februari 2022, nikel ditambahkan ke dalam daftar mineral penting Amerika Serikat, menurut Survei Geologi Amerika Serikat.
Tambang Eagle merupakan satu-satunya proyek penambangan nikel utama di Amerika Serikat. Tambang ini terletak di Yellow Dog Plains di Upper Peninsula, Michigan, dan merupakan proyek tambang nikel-tembaga kecil bergrade tinggi yang dimiliki oleh Lundin Mining.
Itulah negara penghasil nikel terbesar dunia. Namun, tak satupun dari negara penghasil nikel itu yang memiliki pasar nikel sebagai penentu harga dunia.
Harga nikel global yang jadi acuan adalah London Metal Exchange (LME), bursa komoditas logam pentig yang berpusat di London, Inggris.
0 Komentar