Receh.in – Emiten tambang PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) bakal merampungkan pembangunan smelter smelter aluminium tahap pertama pada triwulan pertama 2025.
Menurut Direktur
ADMR Wito Krisnahadi, progres pembangunan sedang menuju untuk tahap
pra-konstruksi demi memastikan material dan alat berat dapat masuk ke lokasi.
Sementara itu, tahap land clearing dikabarkan telah rampung hampir 100 persen.
Untuk itu,
anak usaha Adaro Energy Indonesia Tbk. itu menanggarkan belanja modal sebesar
US$1,1 miliar atau setara Rp16,3 triliun (dengan asumsi kurs Rp14.860).
Dana sebesar
itu berasal dari ekuitas ADMR saat ini ditambah pinjaman dari lembaga
perbankan.
Hal itu
disampaikan Wito dalam Public Expose, Selasa (13/9/2022). “Saat ini kami sudah
dapat soft commitment di mana
bank-bank ini sudah standby dan ready untuk membiayai proyek ini,” kata
Wito.
Kehadiran smelter
ini, bisa membuat ADMR mengisi kesenjangan pasokan alumunium di Indonesia,
sekaligus dapat memberikan kontribusi margin EBITDA dan laba yang positif.
ADMR
merupakan perusahaan induk yang bergerak di bidang usaha pertambangan dan
perdagangan batu bara metalurgi melalui Perusahaan Anak dan menjalankan
kegiatan usaha berupa jasa konsultasi manajemen.
Perusahaan
Anak mempunyai 5 konsesi tambang PKP2B yang berlokasi di Kalimantan Timur dan
Kalimantan Tengah.
Pada 31
Agustus 2021, PKP2B tersebut memiliki sumber daya sebesar 980 juta ton dan
cadangan sebesar 170,7 juta ton batu bara metalurgi yang berkualitas tinggi.
Untuk tambang MC yang saat ini aktif, estimasi sumber daya dan cadangan
menggunakan data topography 25 Mei 2021.
Kelima
PKP2B tersebut merupakan bagian dari Cekungan Kutei Atas (Upper Kutei Basin),
yang memiliki endapan batu bara metalurgi yang merupakan salah satu area
greenfields terbesar secara global.
Pada 2020,
Perseroan memproduksi batu bara sebesar 1,88 juta ton, atau 70% di atas
produksi pada 2019 yang mencapai 1,1 juta ton. Seluruh batu bara yang
diproduksi pada tahun 2020 merupakan batu bara metalurgi jenis HCC dari konsesi
Maruwai yang memulai produksi pada 2019.
Konsesi
Maruwai mengandung batu bara HCC mid-vol kualitas tinggi dengan kandungan abu
dan fosfor yang rendah.
Rekam Jejak Adaro Minerals Indonesia
2007: Perseroan didirikan dengan nama PT Jasapower Indonesia
2010: LC,
MC, SBC, KC dan JC melakukan divestasi kepada perusahaan Indonesia (yang
merupakan pemegang saham Perseroan), sehingga kepemilikan saham perusahaan
Indonesia menjadi sebesar 25%
2015: Memulai
produksi Semi Soft Coking Coal (SSCC) berkualitas tinggi melalui LC yang
dikenal dengan nama Haju
2016: LC,
MC, SBC, KC dan JC melakukan divestasi kepada perusahaan Indonesia (yang
merupakan pemegang saham Perseroan), sehingga kepemilikan saham perusahaan
Indonesia menjadi sebesar 99%
2019: Memulai
produksi Hard Coking Coal (HCC) melalui MC yang dikenal dengan nama Lampunut
Hard Coking Coal dan Lampunut Green Coal
2020: Pengiriman
pertama Lampunut Hard Coking Coal (HCC) pada bulan Mei 2020
2021: Perseroan,
melalui ATDI, menyelesaikan akuisisi 99% kepemilikan LC, MC, SBC, KC dan JC
dari pemegang saham Perseroan
Perseroan
mengubah nama menjadi PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (AMI)
2022: AMI
resmi tercatat perdagangannya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 3 Januari
2022.
Perusahaan Anak ADMR
No |
Perusahaan Anak |
Luas Area |
Lokasi |
Jenis Batu Bara |
Status |
1. |
PT Lahai Coal (LC) |
46.620 |
Kalteng dan Kaltim |
Green coal |
Telah beroperasi |
2. |
PT Maruwai Coal (MC) |
24.990 |
Kalteng dan Kaltim |
Hard coking coal and Green Coal |
Telah beroperasi |
3. |
PT Kalteng Coal (KC) |
24.988 |
Kalteng |
Metallurgical coal |
Belum beroperasi |
4. |
PT Sumber Barito Coal (SBC) |
24.993 |
Kalteng |
Metallurgical coal |
Belum beroperasi |
5. |
PT Juloi Coal (JC) |
24.988 |
Kalteng |
Metallurgical coal |
Belum beroperasi |
0 Komentar