Emas sudah dikenal sangat lama dalam peradaban manusia. Menurut berbagai sumber, logam lunak ini sudah dipakai sebagai alat tukar sekitar tahun 560 SM.
Hal ini dimulai pada masa Raja Croesus dari Lydia (Turki). Emas yang dipakai sudah dalam bentuk koin.
Koin emas juga dipakai sebagai alat tukar pada masa Kerajaan Romawi kala dipimpin Julius Caesar.
Namun, jauh sebelumnya emas juga sudah dipakai, terutama sebagai perhiasan di era Mesir kuno.
Kekuatan emas sebagai alat tukar perlahan pudar setelah kemunculan uang kartal atau currency, yaitu berbagai bentuk uang yang diterbitkan oleh pemerintah suatu negara dan beredar dalam perekonomiannya.
Namun, emas kembali mendapatkan momentum sebagai produk investasi dalam perekonomian modern. Salah satunya dengan munculnya bursa berjangka dan derivatif.
Di Indonenesia emas masih dipercaya jadi salah satu instrumen investasi penting, khususnya bagi kalangan senior.
Berikut beberapa alasan emas jadi instrumen investasi yang menarik
- Memiliki nilai universal dan permintaan tinggi
- Tahan inflasi
- Likuiditas yang tinggi
- Dapat diwariskan
- Aman dari ketidakpastian geopolitik
- Praktis dan terjangkau
Dari grafik harga emas di atas, terlihat harga emas global (dikonversi ke rupiah) naik dengan stabil dalam beberapa dekade, bahkan mungkin sepanjang sejarah memang naik.
Fluktuasi harga emas terjadi sejak dulu, namun baru meningkat sejak 2008. Kala itu dunia masuk krisis keuangan global yang sangat memukul sektor finansial. Justru, di saat krisis ekonomilah emas menunjukkan tajinya sebagai produk investasi yang tahan banting.
Nah, apa sih yang sebenarnya menetukan atau mempengaruhi harga emas?
Harga Pasar
Pergerakan harga logam mulia ini ditentukan oleh harga pasar. Pasar emas yang saat ini dominan adalah pasar emas batangan London atau London Bullion Market Association (LBMA) untuk pasar spot, sedangkan pasar berjangka paling dominan di COMEX Gold futures New York.
Kedua pasar itu sering jadi acuan dalam menentukan harga emas di tempat lain, meskipun ada faktor lain. Misalnya di Indonesia, harga produsen emas Antam sering jadi acuan, sedangkan Antam sendiri menetukan harga salah satunya mempertimbangkan harga emas di bursa global
Antam jadi patokan banyak investor karena emasnya telah mendapat sertifikasi dari LBMA. Sertifikasi ini menjamin kualitas produk.
Pencetak emas batangan yang lain di Indonesia ada PT Untung Bersama Sejahtera (UBS) dengan harga bersaing dengan Antam.
Suplai-Demand
Sama seperti komoditas lainnya, jumlah emas di muka bumi ada batasnya. Jumlah produksinya tiap tahun cenderung statis, sedangkan kebutuhan terus meningkat. Selain permintaan dari individu, bank sentral di dunia juga terus mengumpulkan emas.
Belum lagi dari industri elektronik yang tengah berkembang. Seperti diketahui, bagian komponen smartphone ada yang memakai emas meski relatif kecil porsinya.
Untungnya, emas adalah produk yang tidak habis dipakai. Emas bisa didaur ulang dengan kondisi yang sama dengan emas hasil tambang, tetapi harus lewat pemurnian.
Lindung Nilai
Salah satu fungsi emas adalah sebagai alat untuk mentransfer dan menyimpan kekayaan serta lindung nilai (hedge). Oleh karena itu, faktor yang dianggap paling mempengaruhi permintaan akan logam kuning ini adalah faktor-faktor ekonomi seperti tingkat suku bunga, nilai tukar, resesi ekonomi, dan data-data ekonomi lainnya.
Itulah kenapa ketika situasi ekonomi-politik tidak menentu, orang berburu emas dan melepas uang kartal. Fluktuasi nilai tukar, misalnya, bisa sangat mempengaruhi jumlah kekayaan seseorang. Sedangkan dengan emas, mereka bisa melindungi kekayaannya dari pengerusan itu.
Kurs
Seperti sudah disinggung, kurs bisa sangat menentukan. Bukan hanya emas, hampir semua komoditas yang diperdagangkan secara global akan terpengaruh dengan nilai tukar.
Pergerakan dolar AS bisa mempengaruhi nilai suatu komoditas. Apalagi emas yang ada di Indonesia, bisa terpngeruh dari perubahan nilai tukar rupiah dengan dolar.
Itulah beberapa faktor yang mempengaruhi harga emas.
0 Komentar