Reksa dana adalah salah satu bentuk investasi kolektif. Reksa dana merupakan wadah mengumpulkan dana nasabah atau investor, untuk selanjutnya dikelola oleh manajer investasi guna mendapatkan keuntungan atau gain.
Manajer investasi akan menggulirkan dana
tersebut ke produk investasi atau dalam hal ini efek atau surat berharga,
contohnya saham, surat utang/obligasi, deposito, dan surat berharga lainnya.
Setiap surat berharga atau instrumen
investasi memiliki risiko yang berbeda-beda. Alhasil, ini membuat prosuk-produk
reksa dana terbagi dalam beberapa jenis,
tergantung efek apa yang dominan.
Jenis reksa dana a.l. reksa dana pasar
uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana terproteksi, reksa dana campuran,
reksa dana saham, reksa dana global, reksa dana indeks, dan ETF.
Dalam melakukan investasi, manajer investasi terikat pada prospektus yang disampaikan di awal. Prospektus reksa dana ini diantara berisi tujuan investasi, batasan, hak dan kewajiban, alokasi aset, dan sebagainya.
Manajer investasi juga terikat dengan
peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Mereka berisi profesional yang kompeten
dalam pengelolaan dana.
Dalam satu produk reksa dana biasanya
terdiri dari dua tim. Pertama adalah Komite
Investasi yang tugasnya mengarahkan dan mengawasi Tim Pengelola Investasi dalam
menjalankan kebijakan dan strategi investasi sehari-hari sesuai dengan tujuan
investasi.
Kedua, Tim Pengelola Investasi. Tim ini bertugas sebagai pelaksana harian
atas kebijaksanaan, strategi, dan eksekusi investasi yang telah diformulasikan
bersama dengan Komite Investasi.
Risiko Reksadana
Produk investasi selain memberikan potensi
keuntungan juga memiliki potensi risiko kerugian. Hal itu juga berdampak kepada
reksa dana.
Risiko Fluktuasi
Risiko utamanya berasal dari fluktuasi
harga atau nilai suatu efek. Dampaknya, nilai investasi kita juga naik dan
turun. Ini terutama pada produk dengan fluktuasi dan risiko tinggi seperti
saham.
Selain fluktuasi harga, biaya yang
dikenakan dalam transaksi reksa dana juga berdampak pada kinerja investasi. Berbagai
biaya pengelolaan dana biasanya tergabar dalam expense ratio.
Expense ratio adalah salah satu indikator
yang berfungsi untuk mengukur besaran beban operasional yang dibebankan pada
Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau aset investasi dari suatu reksa dana.
Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas terkait dengan kemampuan
manajer investasi untuk membeli kembali unit reksa dana dengan menggunakan uang
tunai.
Risiko likuiditas ini bisa timbul jika di waktu
yang bersamaan investor melakukan penjualan kembali reksa dana dan manajer investasi
gagal menyediakan dana yang diperlukan.
Risiko Pertanggungan Harta
Risiko ini timbul bila ada kehilangan aset
secara fisik yang disimpan di bank kustodian. Namun, pihak bank biasanya mengasuransikan
seluruh harta kekayaan reksa dana dari hal yang tidak diinginkan.
Risiko Wanprestasi
Risiko ini juga dikenal sebagai risiko
kredit atau gagal bayar, yang terjadi jika rekan usaha manajer investasi gagal
memenuhi kewajibannya.
Maksudnya rekan usaha itu termasuk, tetapi
tidak terbatas pada emiten, pialang, bank kustodian dan agen penjual efek reksa
dana yang ditunjuk oleh manajer investasi.
Contoh kasus baru-baru ini terjadi gagal
bayar Medium Term Note (MTN) yang diterbitkan oleh produsen bahan baku aneka
industri, PT Tridomain Performance Materials Tbk (TDPM).
Nah, pemegang MTN Tridomain ini ternyata
sebagian adalah reksa dana terproteksi. Reksa dana yang terdampak adalah Reksa
Dana Terproteksi Mandiri Seri 147 (CPF147) yang dikelola Mandiri Manajemen
Investasi (MMI).
Risiko Kondisi Ekonomi dan Politik
Kondisi ekonomi dan politik, baik di dalam
dan luar negeri, bisa menjadi risiko bagi portofolio invesatsi kita, termasuk
reksa dana. Mulai dari kinerja ekonomi riil, perang dagang, pandemi, hingga
gonjang-ganjing politik pemerintahan.
Reksadana Saham
Reksa dana saham adalah adalah reksa dana
yang penempatan dananya minimal 80% pada efek ekuitas atau saham. Sedangakan
20% atau kurang pada produk pasar uang atau setara kas.
Dengan mayoritas di saham, maka otomatis karakter
risiko maupun potensi keuntungan tinggi juga hadir dalam produk investasi ini.
Dalam investasi ini dikenal dengan kredo ‘high risk high return’.
Risiko reksa dana saham terbilang lebih
tinggi apabila dibandingkan dengan jenis reksa
dana lain seperti reksa dana campuran, reksa dana pendapatan tetap, dan apalagi
RD pasar uang.
Walau begitu, reksa dana saham salah satu
yang populer. Per April 2021, total dana kelolaan pada reksa dana saham
mencapai Rp127,36 triliun atau 22,4% dari total dana kelolaan industri reksa
dana.
Saat ini terdapat 273 produk reksa dana
saham konvensional dan 63 reksa dana syariah yang terdaftar di OJK. Dari segi
jumlah, reksa dana saham masih kalah dari reksa dana terproteksi (859) dan
pendapatan tetap (320).
Salah satu keuntungan membeli produk reksa
dana saham adalah kamu tidak perlu paham dengan perdagangan saham tetapi bisa
ikut menikmati cuan dari saham.
Para manajer investasi memiliki kapasitas
dan kapabilitas untuk mengelola dana di dalam pasar saham yang tingkat
volatilitasnya tinggi.
Walau begitu, sebelum membeli reksa dana, sebaiknya
kamu tahu dasar-dasarnya.
Pertama, sesuai dengan pengertiannya, reksa
dana saham mayoritas berinvestasi di pasar saham.
Maka, selain potensi keuntungan dan risiko,
pada jenis ini memiliki biaya pengelolaan yang lumayan.
Ada 4 jenis biaya dalam reksa dana yang
ditanggung oleh investor, yaitu:
- biaya pembelian unit penyertaan (subscription fee)
- biaya penjualan kembali unit penyertaan (redemption fee)
- biaya pengalihan unit penyertaan (switching fee)
- biaya transfer bank terkait transaksi
Sejumlah agen penjual reksa dana utamanya yang berbentuk fintek membebaskan biaya-biaya di atas, kecuali switching fee dan biaya transfer bank jika beda bank.
Namun, di luar itu ada juga biaya yang
menjadi beban reksa dana, yaitu:
- imbalan jasa manajer investasi
- imbalan jasa bank kustodian
- biaya transaksi efek
- imbalan jasa akuntan dan konsultan hukum
- biaya pembuatan laporan keuangan
- biaya pembaharuan & distribusi prospektus
- biaya pengeluaran untuk keperluan mendesak demi kepentingan reksa dana
- pembayaran pajak yang berkenaan dengan biaya-biaya tersebut di atas.
Sebagai sebuah produk reksa dana dengan strategi investasi aktif, maka reksa dana saham memerlukan management fee yang lebih besar daripada reksa dana dengan strategi investasi pasaif. Reksa dana dengan strategi investasi pasif ini contohnya adalah reksa dana indeks.
Strategi Investasi Reksa Dana Saham Agar Untung
Kalian harus ingat bahwa dalam investasi
risiko itu melekat, seperti juga potensi keuntungan. Karena itu, usahakan
menghindari kerugian dengan melakukan investasi yang terukur dan dapat kamu
terima tingkat risikonya.
Tentukan Tujuan
Untung besar secara cepat bukanlah tempatnya
di reksa dana saham. Meski iya ada reksa dana yang dalam setahun memberikan
keuntungan puluhan bahkan ratusan persen.
Namun, selalu ingat bahwa horison investasi
di reksa dana saham adalah jangka panjang. Jika memang dana yang kamu siapkan
untuk jangka panjang, reksa dana saham bisa saja cocok.
Kenapa jangka panjang? Karena risiko penurunan
nilai saham bisa terjadi dalam waktu yang cepat, sedangkan pemulihan harga atau
strategi untuk recovery kerugian
sering butuh waktu yang lebih lama.
Artinya, jika setahun lagi dana investasi
ini mau kamu tarik untuk, misalnya, pergi umrah bisa jadi nilainya malah sedang
minus. Awalnya kamu investasi Rp50 juta, namun saat mau ditarik ternyata nilainya
susut jadi Rp30 juta atau Rp40 juta, maka tujuan investasimu tidak tercapai.
Reksa dana saham cocok untuk tujuan jangka
panjang, misalnya di atas 3 tahun atau 5 tahun. Bahkan ada yang menyebut reksa
dana saham sesuai untuk yang rencana investasinya di atas 15 tahun, seperti untuk dana pensiun.
Pilih Manajer Investasi yang Bereputasi Baik
Jangan hanya terpaku pada keuntungan semata. Beberapa kasus reksa dana menunjukkan, investor tergiur dengan data return yang tinggi di masa lalu, tapi tidak memperhatikan reputasinya.
Akibatnya, nilai investasinya ternyata anjlok setelah dia masuk. Ini misalnya jika MI ternyata lebih suka memainkan saham-saham gorengan. Suatu waktu memang bisa naik tajam, tetapi karena memang sahamnya digoreng market maker (bandar) maka nilainya pun bisa dengan cepat turun drastis.
Maka, jangan pernah melewatkan untuk membaca prospektus dan fund fact sheet. Hal ini seringkali dilewatkan investor yang hanya melihat indikator investasi pada nilai return.
Review Kinerja Reksa Dana Saham Dengan Tepat
Sebelum membeli reksa dana, teliti apakah kinerja apik yang ditampilkan itu dalam jangka pendek atau panjang. Percuma jika kamu hanya melihat kinerjanya dalam 1 tahun, karena tidak bisa menilai kemampuan pengelolaan dana MI dengan baik.
Tak jarang investor melihat
laporan yang dipublikasikan media massa dengan hasil menggiurkan. Namun jika
dilakukan evaluasi berdasarkan kinerja reksa dana saham dalam jangka pendek
kurang lebih 1 tahun hal itu percuma saja. Hal itu dikarenakan reksa dana saham
hanya dapat menunjukan return sesungguhnya setelah jangka panjang.
Coba perhatikan kinerjanya dalam jangak lebih panjang, misalnya 5 tahun ke belakang, apakah memiliki konsistensi, terutama dengan kondisi pasar. Apakah dia selalu mampu mengalahkan kinerja indeks acuan? Dan sebagainya.
0 Komentar