Daftar Isi [Tampilkan]
Tertarik kaya
dari saham? Mau kaya raya seperti Warren Buffett? Atau mau meniru Lo Kheng Hong—Warren
Buffett-nya Indonesia? Tentu bisa. Tapi Kamu harus belajar dari langkah kecil,
tidak bisa ujug-ujug kaya. Lagian,
modal kamu apa?
Modal terpenting
untuk investasi saham itu OTAK! Ya, dan kamu sudah punya. Masalahnya, otak yang
seperti apa? Ya tentu yang dilatih dan diajari untuk trading atau investasi
saham.
Lalu, kalau kamu
mau investasi saham, tujuanmu apa? Kalau Cuma mau senang-senang atau sekadar
menaruh kekayaan ya tidak usah belajar. Tapi kalau mau melipat-gandakan kekayaan
kamu, dari yang receh menjadi gumpalan, ya kamu harus belajar. Di tulisan ini
akan diajarkan soal kesalahan umum investor pemula, yang bisa kamu pelajari
agar terhindar dari kesalahan seperti itu ya.
Pasalnya, tidak
sedikit investor pemula yang gagal meningkatkan nilai asetnya, sebagian malah
amsiong alias kapok trading atau investasi saham. Tentu tidak semua orang cocok
investasi saham, nah bagi yang tidak cocok bisa menekuni hal lain. Namun, bagi
yang memang mau serius di saham, ya harus belajar. Pelan-pelan, tidak usah
buru-buru. Kenapa? Karena kesabaran adalah salah satu kunci penting investasi
saham.
Ini ada lima
kesalahan yang umum dilakukan investor pemula. Namun juga bisa menjadi sarana
pembelajaran bagi para investor baru.
1. Tidak memedulikan risiko
Sebenarnya sebagian
besar tahu kok risiko di trading atau investasi saham (tapi terutama
yang trading saham), namun tahu saja
bukan berarti mereka benar-benar mempedulikannya. Ini terutama bagi kawula
muda. Apalagi kalau kamu terlalu sering lihat iklan Binomo, kaya dalam semalam.
Faktanya, tidak
sedikit investor pemula yang bermodal nekat, tanpa menelisik terlebih dahulu
kemampuannya yang terkait dengan profil risiko. Profil ini pada dasarnya
berkaitan dengan tingkat toleransi seseorang akan risiko yang akan dialami,
dalam hal ini kerugian.
Oleh sebab itu,
sudah sepantasnya investor tahu betul profil risikonya sehingga bisa memilih
instrumen investasi yang tepat sesuai dengan profil risikonya. Yang sering
terjadi, seseorang terjun ke investasi saham, tetapi tidak bisa menerima risiko
sehingga menjadi emosional saat kehilangan uang. Alhasil, hasil investasinya
pun makin runyam dan rontok di tengah jalan.
2. Tujuan keuangannya tidak jelas
Ibarat kamu mau
bepergian, maka tujuannya dahulu harus jelas mau ke mana. Kalau tidak punya
tujuan, kamu tidak akan ke mana-mana, atau walau ke mana-mana yang tidak mencapai
tujuan, karena tujuannya tidak ada.
Nah, keputusan kamu
untuk menginvestasikan dana ke pasar saham sudah sepantasnya sejalan dengan
tujuan keuangan. Tujuan investasi setiap orang berbeda-beda dan hasil dari
investasi-nya pun tidak selalu sama. Kesannya sepele, tapi tanpa tujuan kamu
tidak mengerti mau jadi seperti apa, tidak bisa mengelola disiplin harus sampai
batas mana mengambil risiko, dan sebagainya.
Misalnya, kamu investasi
saham untuk biaya nikah. Maka, kamu harus tetapkan target besaran cuan atau
lamanya trading atau investasi. Ingat, trading dan investasi itu dua hal yang
berbeda di saham. Kalau kamu maunya mewariskan saham ke anak, ya pilih saham
perusahaan bagus yang usianya bakal lama (prediksi), yang bisa kamu ukur dengan
data-data keuangan dan historis.
Tapi, kalau mau
dapat untung buat nikah, kamu harus berhitung. Berapa modal, berapa untungnya.
Jika modalmu kecil, cuma 10 juta, targetnya jangan besar-besar. Misalnya
cuannya untuk beli mahar seperti cincin kawin. Modalnya juga bisa kamu tarik
untuk mengurus katering.
Tujuan ini akan
membuat strategi yang kamu pakai berbeda, loh.
3. Tidak peduli diversifikasi portofolio saham
Diversifikasi itu
artinya kamu mengoleksi sejumlah saham yang berbeda-beda. Beda di sini juga
diartikan dengan karakter perusahaan/industrinya yang beda. Misalnya kalau kamu
koleksi BDMN, BMRI, BBNI, BNII ... itu artinya kamu belum diversifikasi karena
semua saham yang kamu pegang adalah saham perbankan.
Diversifikasi
portofolio saham dapat mengurangi risiko dan meminimalkan kerugian, karena
membatasi kerentanan terhadap volatilitas pasar yang akan menyebabkan kerugian.
Warren Buffet mengatakan: “diversification
is protection against ignorance. It makes little sense if you know what you are
doing.”
Diversifikasi
penting manakala ada penurunan tajam harga salah satu saham, karena kerugian
bisa ditutup atau diminimalkan dengan keuntungan dari saham yang lain.
Contohnya, sektor batu bara lagi turun karena impor China berkurang, maka
mungkin saja kamu rugi di PTBA. Namun,
di sisi lain, kamu juga memegang saham UNVR yang lagi naik karena konsumsi
rumah tangga di Indonesia lagi naik. Dengan begitu, kerugian kamu di emiten
batu bara jadi kurang berasa karena bisa ditutup dengan keuntungan di saham
lain. Bayangkan kalau yang kamu pegang semuanya emiten batu bara, kolaps, dah.
4. Tidak sabar karena mau cepat untung
Seperti sudah
disinggung di atas, kesabaran kadang jadi kunci penting. Investor pemula
biasanya tidak bisa menahan keinginan yang berlebihan sehingga biasanya mau
cepat untung.
Mereka cenderung ingin mendapatkan hasil dalam waktu
yang singkat, ini karena minimnya jam terbang. Walaupun investor gaek juga tidak selalu punya kesabaran. Kamu bisa belajar dari Warren Buffett atau Lo Kheng Hong soal kesabaran.
Ini karena dalam investasi saham momen yang tepat untuk masuk atau keluar pada satu saham dengan saham lain berbeda. Karakternya pun berbeda. Waktu yang tepat untuk menjual tidak jarang butuh waktu dalam
jangka panjang. Misalnya, suatu saham bisa saja flat selama beberapa bulan, lalu naik pada periode tertentu. Jika kamu tidak sabar, maka belum waktunya cuan kamu sudah menjual karena saham yang kamu pegang tidak keburu menghasilkan cuan. Saat dijual, sahamnya malah naik. Saya sering mnegalaminya di awal-awal.
5. Mengabaikan evaluasi
Melakukan
evaluasi dan review untuk saham-saham
yang telah dibeli dalam jangka waktu tertentu, perlu dilakukan agar tujuan
keuangan cepat tercapai. Meninjau hasil investasi minimal 1 tahun sekali untuk
semua investasi jangka panjang penting dilakukan untuk memaksimalkan cuan
karena selama evaluasi ini saham-saham yang hasilnya buruk bisa diganti dengan
saham lainnya yang memiliki potensi cuan yang lebih baik. Jadi, mengabaikan
evaluasi itu sama artinya mengabaikan percepatan mencapai tujuan keuangan.
Jika strategimu investasi jangka menengah atau pendek, atau bahkan trading, maka periode evaluasinya akan berbeda. Untuk trading kamu bisa evaluasi per hari. Yang terbaik, evaluasi ini sekaligus membuat trading plan. Patugi trading plan agar kamu bisa menghasilkan cuan besar, dan tidak terlalu rugi saat pasar sedang mendung. Trading plan ini termasuk membuat kalkulasi dan memasukkan cut loss di di dalamnya untuk mengurangi potensi rugi.
Nah, itu dulu yan kiat investasi saham untuk pemula. Semoga bermanfaat. Kamu juga bisa membaca soal Pasar Modal Indonesia.
0 Komentar